Senin, 05 Januari 2009

Usaha Roti Kering Pinisi

foto baru rotiBasic keluarganya memang bisa dibilang handal dalam membuat berbagai jenis roti. Semenjak menginjak remaja ia memang senang sekali membuat roti. Ditambah wawasannya dari berbagai macam kursus di Jakarta hingga Singapura tentang seluk beluk membuat roti membuat ibu St. Nurhani mempunyai keinginan besar untuk membuat usaha roti kering ini.

Keinginannya bertambah kuat semenjak suami pensiun dari pekerjaannya dan dirinya tidak lagi aktif mengikuti berbagai macam kegiatan seperti dharma wanita di kantor suaminya bekerja dulu.

Kurangnya kesibukan menjadikannya mencari kesibukan baru yang dirasanya bisa mengisi waktu senggangnya. Dan tanpa disangka-sangka, kegiatan mengisi waktunya beruah hasil menjadi sebuah bisnis yang cukup mapan, membuat roti kering.

Awalnya, roti kering yang ia beri label “Pinisi” ini mulai dipasarkan pada tahun 1996 ke beberapa warung-warung dan temen-teman yang memesannya. Namun satu tahun kemudian setelah ijin depkes keluar, Pinisi memutuskan untuk masuk ke beberapa swalayan di daerah Jogja dan beberapa kota lainnya.

Berbagai Jenis

Roti yang ditawarkan oleh Pinisi adalah ada 25 macam jenis, yang paling banyak dipesan adalah castengel dan nastar. Maka dari itulah untuk dua kue tersebut lebih banyak dibuat variasi rasa dan bentuk.

Untuk castengel ada 3 jenis yakni castengel biasa dengan harga 30.000 rupiah, spesial 40.000 rupiah dan super 50.000 rupiah. Perbedaannya terletak pada komposisi bahan didalamnya dan banyaknya keju yang digunakan.

Untuk nastar dibuat lebih banyak variasi lagi yaitu sebanyak 10 jenis. Diantara adalah nastar colakta, spesial, kuning, mete, keju, glasur, coklat, nastar bentuk buah, ceri, dan kerang. Harga masing masing adalah 30.000 rupiah kecualai untuk colakca dan spesial yakni 35.000 rupiah.

Roti kering lainnya adalah kue salju, coco crunch, corn flakes, kenari keju, popy shape, coklat kacang. Harga dari masing-masing kue tersebut adalah 30.000 rupiah dan untuk sprite keju, coklat mete, brownies kering, serta kue cafetaria seharga 40.000 rupiah. Masing-masing roti dikemas dalam toples bening bundar seberat 500 gr.

Proses Pembuatan

Hampir semua adonan roti Pinisi diolah atau dibentuk menggunakan tangan manusia, cuma untuk nastar spesial, kerang dan sprite keju saja dibentuk menggunakan cetakan. Bahan baku yang digunakannya-pun diibuat dari bahan pilihan dengan mutu yang bagus karena ibu Nurhani sangat menjaga mutu kualitas hasil yang diperoleh.

Semua roti bisa bertahan selama 10 bulan walau dalam proses pembuatannya sama sekali tidak menggunakan bahan pengawet makanan. Khusus untuk nastar, karena ada bahan isian yaitu selai nanas, hanya bisa bertahan dalam waktu 6 bulan. Kunci rahasia ini terdapat pada teknik pembakaran yang tanak.

Bahan bahan dalam proses pembuatan roti adalah mentega, terigu, gula halus, room butter, sagu, corn flakes, coco crunch, susu kental, susu bubuk, telur dan selai nanas yang dibuatnya sendiri. Sedangkan alat utama yang digunakan adalah mixer untuk mengaduk bahan-bahan adonan roti dan 3 buah open besar yang dulunya dipesan khusus oleh ibu St. Nurhani ini.

Untuk open bisa menampung 4 rak besar yakni 1 adonan roti dengan hasil sebanyak 6 toples roti. Untuk satu jenis roti diolah oleh satu orang pekerja. Setiap harinya, satu orang pekerja bertanggung jawab untuk membuat 1 adonan roti, mengolah, membentuk sampai roti matang dan siap di tempatkan ke dalam toples untuk dipasarkan.

Hanya ada beberapa orang saja yang mampu membuat 2 adonan roti dalam satu hari. Pada proses pemanggangan untuk masing masing open ada tenaga khusus yang dipekerjakan.

Dalam membuat roti seperti nastar misalnya bahan yang digunakan adalah mentega dicampur dengan gula halus, telur, baking powder dan vanili dikocok menjadi satu. Jika ingin timbul rasa bisa diberi essence sesuai selera. Setelah itu barulah terigu dimasukkan sambil terus diaduk sampai adonan dapat dibentuk sesuai keinginan.

Sebelum dibentuk adonan diberi isi selai nanas dan diberi olesan kuning telur sebelum masuk kedalam open. Setelah itu adonan dipanggang hingga matang dan setelah dingin roti siap dimasukkan ke dalam toples.

Pemasaran

Roti Pinisi sangat memperhatikan kebersihan dalam proses pembuatan rotinya. Diantaranya adalah kebersihan bahan baku dan adonan yang dibuat, kebersihan tempat pada saat membuat roti, kebersihan si pengolah roti hingga kebersihan kemasan roti untuk siap dipasarkan.

Produk roti Pinisi hampir mengisi seluruh supermarket di daerah Jogja. Pelanggannya juga ada di daerah Wates, Bantul, Sleman, Wonosari, Klaten, Delanggu, Kartasura, Solo, Salatiga, Malang, Ambarawa, Secang, Ungaran dan hampir seluruh supermarket besar di daerah Semarang.

Selain itu ada juga satu orang yang mengambil produknya untuk di pasarkan didaerah Tegal, Pekalongan, Pemalang, dan Brebes juga sampai Jakarta.

Untuk pemesanan di rumah produksi, roti Pinisi selalu menggunakan sistem pembayaran cash. Dan untuk supermarket, sistem yang digunakan adalah konsinyasi (titip jual) sehingga pembayaran dilakukan dan diterima saat barang habis terjual.

Banyaknya produk dari Pinisi ini mengisi tiap supermarket tergantung dari besar kecilnya supermarket. Untuk supermarket kecil biasanya sekitar 50 toples, sdangkan untuk supermarket besar seperti Carefour, Ada Setia Budi Semarang, biasanya hampir diisi produknya sebanyak 500 toples. Omset penjualannya bisa mencapai 200 juta terlebih puasa menjelang hari raya Idul Fitri.

Simulasi Keuntungan
Pemasukan
Asumsi 1 hari produksi 150 toples @ Rp 30.000
Pemasukan = 150 x Rp 30.000= Rp 4.500.000

Pengeluaran
Per adonan per hari
Bahan baku = Rp 45.000
6 Toples : 6 x Rp 3.000 = Rp 18.000
Bahan bakar = Rp 5.000
Listrik dll = Rp 5.000
Tenaga = Rp 17.000
Pengeluaran per adonan =Rp 90.000
Total pengeluaran per hari = Rp 90.000 x 25 = Rp 2.250.000

Keuntungan perhari
Rp 4.500.000 – Rp 2.250.000 = Rp 2.250.000

Artikel yang Berkaitan:

  1. Membuka Usaha Toko Aneka Kue & Roti Bagi Anda
  2. Tips Berbisnis Roti Dari Olahan Buah Sukun 1. Pengola
  3. Usaha Pembuatan Bumbu Pecel Pecel meru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar